Sabtu, 06 Juni 2009

Dalam Setahun Timotius Tanam 1.000 Pohon

. Sabtu, 06 Juni 2009
1 komentar


Sebelum tahun 1975, daerah kelahiran Timotius Hindom gersang. Pepohonan tidak tampak di lahan seluas tidak kurang dari 800 hektar. Namun, melalui usaha keras Timotius, Kampung Wurkendik Distrik Fakfak Barat, Papua Barat, itu menghijau kembali. Hal itulah yang membuat Timotius diganjar Anugerah Kalpataru 2009 untuk Kategori Perintis, penghargaan yang diberikan bagi para pejuang lingkungan.

”Saya sendiri punya 50 hektar lahan kritis,” kata Timotius. Menurutnya, terciptanya lahan kritis karena kesalahan orangtua. Mereka ini belum berpikir soal pelestarian alam. Yang mereka lakukan hanya menebang pohon, atau sekalipun menanam, itu hanya tanaman jangka pendek.

Untuk itulah, suami dari Maria Homba Homba ini bertekad mengembalikan fungsi hutan sekalipun umurnya baru 15 tahun. Kala itu, Timotius yang ditinggal mati ayahnya sejak umur 3 tahun hanya mampu mengenyam 3 bulan pendidikan SMP di SMP YPK Kabupaten Fakfak. Ibunya tidak mampu membiayainya sekolah. “Sekalipun demikian, saya bisa bangga karena yang berpikir soal lingkungan hidup, di lingkungan saya, baru saya sendiri,” ungkap Timotius, kelahiran 30 Oktober 1960.

Putus sekolah membuatnya berserah total pada alam. Awalnya, di tahun 1975 saat usianya baru 15 tahun ia menanam pohon cengkeh di atas lahan gersangnya. “Saya diberi pemerintah 10 bibit pohon cengkeh. Tapi saya tambah dengan membeli 190 pohon yang sama,” kata anak kedua dari tiga bersaudara ini. Waktu itu, tambah Timotius, harga cengkeh mencapai Rp 3.000 per bibit.

Tidak cukup dengan itu, sejak tahun 1980 sampai sekarang, lahan kritis 50 hektar miliknya ditanami pala dan berbagai jenis buah-buahan, seperti durian, cokelat, rambutan, mangga, dan manggis. “Tiap tahun sekurang-kurangnya 1.000 bibit pohon disiapkan dan saya tanam. Saya mbibit sendiri,” ungkap anak dari pasangan (alm) Habel Hindom dan Asia Hiba.

Dengan menanam pohon-pohon yang dapat memberi nilai ekonomi itu, Timotius ingin menyadarkan masyarakat untuk mulai berpikir bahwa pohon memberi manfaat bagi kita. “Melalui pendekatan dari mulut ke mulut, setidaknya sudah ada 20 KK yang merespons hal ini,” kata ayah beranak 6 ini. 20 KK inilah yang akhirnya secara bersama-sama menghijaukan kembali lahan kritis seluas 800 hektar.

Kepada mereka, Timotius mengingatkan kalau lahan tidak ditanami lagi, maka yang akan menjadi korban adalah anak dan cucu mereka sendiri. “Anak dan cucu susah karena lahan rusak. Kita sudah merasakan kesusahan itu ketika orangtua kita tidak menjaga hutan,” demikian kata-kata Timotius kepada warga di sekitar tempat tinggalnya.

Maka tidak heran jika Timotius saat menerima Kalpataru (5/6) menyerukan pentingnya menanam pohon. “Saya mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk menanam pohon demi generasi penerus kita,” ungkapnya dengan tegas.

Apa yang dikatakannya itu tidak sekadar hisapan jempol belaka. Terbukti, walau sudah menerima kalpataru, ia berjanji akan melanjutkan menanam pohon sepulang dari Jakarta. “Kali ini saya akan fokus ke penanaman mangrove (bakau),” katanya.

Menurutnya, kondisi bakau di daerahnya mulai butuh perhatian. “Saya harus jaga juga untuk mencegah abrasi dan menjaga habitat ikan,” katanya memberi alasan.

Melihat totalitas dan kegigihannya dalam memperjuangkan lingkungan hidup, Anugerah Kalpataru memang layak disematkan kepadanya. Beberapa instansi memberinya apresiasi. Selain mendapat plakat dan penghargaan, Timotius juga mendapatkan uang sebesar Rp 8 juta dari Departemen Lingkungan Hidup, Rp 5 juta dari Departemen Kehutanan, dan Rp 10 juta dari Pemda. “Sebagaian besar uang ini untuk membiayai sekolah anak-anak saya. Saya hanya lulus SD. Anak-anak saya harus jauh lebih baik dari saya,” ungkap Timotius.


Klik disini untuk melanjutkan »»

Selasa, 02 Juni 2009

Fisika Sepakbola

. Selasa, 02 Juni 2009
0 komentar

Goooo ....llll Suara teriakan histeris terdengar di menit ke 30 pertandingan pertama Piala Dunia 2002 di Seoul antara Senegal dan Perancis. Pape Bouba Diop pemain depan Senegal secara mengagumkan dapat memanfaatkan umpan dari El Hadji Diouf. Bola yang datang begitu cepat, disonteknya sehingga penjaga gawang Perancis, Fabien Barthez tidak mampu menahan bola tersebut dan terjadilah gol pertama dalam Piala Dunia ini (Gb.1)

Saat Diop menciptakan gol ini, mungkin ia tidak berpikir tentang fisika. Namun apa yang dia lakukan erat sekali hubungannya dengan fisika. Sebut saja ketika Diop menendang bola ke gawang, ia harus mengarahkan bola dengan kecepatan dan sudut elevasi tertentu. Kecepatan dan sudut elevasi yang terlalu besar, menyebabkan gravitasi bumi tidak mempunyai cukup waktu untuk membawa bola turun sehingga bola akan melewati mistar. Sebaliknya jika sudut elevasi dan kecepatan terlalu kecil, gravitasi bumi akan membuat bola jatuh di depan gawang. Seorang pemain sepakbola profesional adalah seperti seorang ahli fisika, ia harus mampu mengukur dengan tepat berapa besar gaya yang harus diberikan dan kemana arah bola harus ditendang agar bola dapat masuk gawang dengan cukup keras dan akurat.

Sepakbola adalah permainan fisika. Dengan mengerti fisika kita bisa lebih menikmati permainan sepakbola, kita dapat mengerti dan tahu mengapa gerakan bola berbentuk parabola, bagaimana terjadinya tendangan pisang, mengapa penjaga gawang sulit menahan tendangan pinalti, bagaimana orang menyundul bola dengan lebih efektif dan masih banyak lagi. Seorang pemain profesional yang diperlengkapi dengan ilmu fisika akan dapat memperbaiki skill dan kemampuannya.

Gerakan Parabola

Pelajar SMP dan SMU tahu betul tentang gerakan parabola ini. Ketika bola ditendang dengan suatu sudut elevasi tertentu, bola akan bergerak melengkung seperti sebuah parabola. Gerakan ini disebabkan karena adanya gravitasi bumi. Tanpa gravitasi bumi gerakan bola akan lurus ke atas (Gb. 2a). Gravitasi bumi menarik bola ke bawah sehingga kecepatan vertikalnya makin berkurang dan berkurang. Ketika mencapai titik tertinggi kecepatan vertikalnya nol. Selanjutnya gravitasi akan membuat bola bergerak ke bawah dipercepat (Gb. 2b).

Bentuk parabola, tergantung pada kecepatan dan sudut elevasi yang diberikan. Untuk menendang bola sejauh mungkin, pemain sepakbola harus menendang bola dengan sudut elevasi 450.

Tendangan Pisang

Tahun 70-an Pele terkenal dengan tendangan pisangnya. Tahun 1998 gantian Roberto Carlos dipuja-puja karena tendangan pisangnya. Kini para penonton sedang menunggu-nunggu bagaimana David Beckham mengecoh para penjaga gawang dengan tendangan pisangnya yang sangat terkenal itu.

Kita tentu masih ingat gol manis David Beckham yang meloloskan Inggris ke piala dunia. Saat itu Beckham mengambil eksekusi tendangan bebas yang dilakukan sekitar 30 meter didepan gawang. Didepan dia berdiri pasukan Yunani membentuk pagar betis. Dengan tenang Beckham menendang bola, dan bola bergerak dengan kecepatan sekitar 128 km/jam, melambung sekitar 1 meter melewati kepala para pagar betis itu dan secara tiba-tiba bola membelok serta masuk ke gawang Yunani (Gb.3). Tepukan menggemuruh menyambut gol yang sangat spektakular ini.

Bagaimana David Beckham melakukan ini?

Seorang pengamat sepakbola Keith Hanna mengatakan bahwa Beckham melakukan ini karena otaknya yang jenius dapat memproses perhitungan fisika yang kompleks secara cepat sekali, "The man can carry out a multi-variable physics calculation in his head to compute the exact kick trajectory required, and then execute it perfectly, That is why the man is a football physics genius". Peneliti lain dari Universitas Sheffield, Inggris mengatakan hal yang sama: "... Beckham was applying some very sophisticated physics," Tendangan melengkung atau tendangan pisang yang dilakukan oleh David Beckham sudah sejak lama menjadi perhatian para peneliti. Bahkan hingga kinipun peneliti dari Jepang dan Inggris masih terus menganalisa tendangan aneh ini. Gustav Magnus tahun 1852 pernah meneliti kasus sebuah bola yang bergerak sambil berputar. Anggap suatu bergerak sambil berputar (spin). Gerakan bola menyebabkan adanya aliran udara disekitar bola. Anggap sumbu putaran bola tegak lurus arah aliran udara (Gb. 4). Akibat adanya rotasi bola, maka aliran udara pada sisi bola yang bergerak searah dengan arah aliran udara (A) relatif lebih cepat dibandingkan aliran udara pada sisi bola yang bergerak berlawanan arah dengan aliran udara (B). Menurut Bernoulli semakin cepat udara mengalir, semakin kecil tekanannya. Akibatnya tekanan di B lebih besar dibandingkan tekanan di A. Perbedaan tekanan ini akan menimbulkan gaya yang menekan bola untuk membelok ke arah BA. Membeloknya bola ini akibat adanya perbedaan tekanan ini sering disebut efek magnus untuk menghormati Gustav Magnus.

Efek magnus maksimum jika sumbu putar bola tegak lurus dengan arah aliran udara. Efek ini mengecil ketika arah sumbu putar ini makin mendekati arah aliran udara dan menjadi nol ketika arah sumbu putar ini sejajar dengan arah aliran udara. Pada tendangan bebas (free kick), bola yang bergerak dengan kecepatan 110 km/jam dan berotasi dengan 10 putaran tiap detiknya, dapat menyimpang lebih dari 4 meter, cukup membuat penjaga gawang kebingungan. Jika kita perhatikan lebih jauh lagi, yang membuat tendangan Beckham lebih spektakular adalah efek lengkungan tajam di dekat akhir lintasan bola. Lengkungan tajam yang tiba-tiba inilah yang membuat kiper-kiper terperangah karena bola berbelok begitu cepat dengan tiba-tiba. Apa yang menyebabkan ini? Peneliti dari Inggris, Peter Bearman mengatakan bahwa efek magnus akan mengecil jika kecepatan gerak bola terlalu besar atau rotasinya lebih lambat. Jadi untuk mendapat efek magnus yang besar, seorang harus membuat bola berputar sangat cepat tetapi kecepatannya tidak boleh terlalu cepat. Ketika Beckham menendang bola secara keras dengan sisi sepatunya sehingga bola dapat berotasi cepat sekali, bola melambung dan mulai membelok akibat adanya efek magnus. Gesekan bola dengan udara akan memperlambat gerakan bola (kecepatan bola berkurang). Jika rotasi bola tidak banyak berubah, maka pengurangan kecepatan dapat menyebabkan efek magnus bertambah besar, akibatnya bola melengkung lebih tajam, masuk gawang, membuat penonton terpesona dan berdecak kagum. Menyundul

Menyundul merupakan bagian penting dalam permainan sepakbola. Banyak gol diciptakan melalui sundulan kepala. Pada pertandingan pertamanya di piala dunia 2002, Jerman mencukur gundul Arab Saudi 8-0. Hebatnya 3 gol Jerman ini dihasilkan melalui sundulan kepala Miroslav Klose (hat-trick pertama dalam piala dunia 2002). Sundulan kepala juga telah menyelamatkan Inggris dari kekalahannya.

Menyundul tidak sesederhana orang bayangkan. Disini beberapa konsep fisika memegang peranan penting. Seorang dapat menyundul bola dan mengarahkan pada sasaran membutuhkan akurasi, daya dan pemanfaatan waktu yang baik, karena ini melibatkan kecepatan dari bola yang datang dan koordinasi dari kepala dan badan.

Gb. 5 menggambarkan bagaimana Klose menaklukan penjaga gawang Arab Saudi melalui sundulannya. Kalau dilihat bagaimana Klose menyundul dan mengarahkan bola, kemungkinan besar Klose tahu tentang hukum pemantulan (sudut datang bola sama besar dengan sudut pantulnya). Otak Klose bekerja cepat memperkirakan berapa besar gaya yang harus diberikan kepalanya pada bola dan kemana arahnya agar bola dapat mengecoh kiper Al Daeyea.

Ada 2 posisi menyundul bola: 1) ditempat (berdiri atau melompat vertikal) 2) berlari sambil melompat menyambut bola. Pada posisi 2, bola akan bergerak lebih cepat karena dalam hal ini bola mendapat tambahan momentum akibat gerakan kita. Besarnya momentum yang diterima oleh bola sangat tergantung pada ke elastisan bola dan kekuatan otot tulang belakang ketika kita menyundul bola. Untuk membuat sundulan sekuat mungkin, kepala harus ditarik kebelakang sebanyak mungkin (badan melengkung), paha ditarik kebelakang dan lutut bengkok (Gb. 6). Pada posisi ini terjadi keseimbangan aksi-reaksi, pemain tidak terpelanting atau terputar dan kepala siap memberikan sundulan kuat ke bola. Saat bola menyentuh kepala, tubuh harus setegar mungkin agar lebih banyak energi dapat diberikan ke bola (gerakan otot dan urat yang tidak perlu akan menyerap energi kita dan dapat mengurangi energi yang diberikan pada bola).

Waktu sentuh kepala dengan bola (23 milidetik) yang relatif lebih lama dibandingkan waktu sentuh kaki ketika ia menendang bola (8 detik), memungkinkan kita untuk mengarahkan bola secara akurat ke arah yang kita inginkan.

Orang botak biasanya sering mendapat keuntungan dalam menyundul bola (rambut gondrong akan menyerap sebagian energi bola sehingga bola yang terpantul akan berkurang kecepatannya). Tetapi bukan berarti orang gondrong tidak bisa menyundul keras. Gol pertama Argentina diciptakan dari kepala Gabriel Batistuta atau Batigol yang gondrong itu.

Tendangan pinalti

Kemenangan Brazil atas Turki pada pertandingan pertamanya di Piala Dunia 2002 ditentukan oleh eksekusi tendangan pinalti yang dilakukan pada jarak 11 m dari gawang. Rivaldo tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia menyontek ke sebelah kiri gawang yang dijaga oleh Rustu Recbar dan terjadilah goal.

Tendangan pinalti yang ditembakkan ke ujung-ujung gawang biasanya jarang gagal. Seorang pemain sepakbola profesional dapat menendang bola dengan kecepatan sekitar 30 meter per detik (108 km/jam).. Untuk mencapai ujung kanan atas dibutuhkan waktu 0,45 detik sedangkan untuk ujung kanan bawah 0,38 detik.

Menurut perhitungan Sam Williamson, fisikawan yang bekerja di Center for Neural Science New York, waktu reaksi terbaik dari seorang penjaga gawang adalah 0,26 detik. Untuk bergerak menangkap bola, sang penjaga gawang membutuhkan waktu tambahan untuk pengiriman sinyal dari otak ke otot. Itu sebabnya sukar bagi penjaga gawang untuk menangkap bola yang bergerak cepat itu. Untuk melatih reaksi yang cepat dan tepat dibutuhkan latihan yang panjang dan pengalaman yang cukup. Itu sebabnya para kiper atau penjaga gawang dalam piala dunia ini rata-rata lebih tua dibandingkan pemain lainnya.

Tendangan pinalti berbeda dengan tendangan bebas. Pada tendangan pinalti bola tidak perlu ditendang terlalu keras. Yang penting adalah berusaha memasukkan bola ke pojok-pojok gawang atau mengecoh penjaga gawang. Memang menendang bola ke pojok-pojok gawang tidak terlalu mudah. Si penendang harus memperhatikan arah angin, rotasi dan kecepatan bola. Bola yang berotasi terlalu cepat dapat menimbulkan efek magnus yang akan menyimpangkan bola. Bola yang terlalu cepatpun dapat menimbulkan masalah karena dapat menimbulkan turbulens udara yang mengakibatkan bola menyimpang. Menurut penelitian, tendangan yang paling efektif adalah tendangan dengan kekuatan 75 % sampai 80 % dari kekuatan maksimum (kecepatan bola sekitar 80 km/jam). Pada kecepatan ini penjaga gawang sulit menangkap bola dan kemungkinan terjadinya gol lebih besar dibandingkan dengan tendangan dengan kekuatan penuh.

Bicara sepakbola dengan fisika, sangat mengasyikan dan tak ada habisnya. Gerakan parabola, tendangan pisang, gerakan menyundul dan tendangan pinalti yang kita bahas diatas hanya sebagian dari asyiknya fisika dalam sepakbola. Di arena piala dunia 2002 ini kita bisa menikmati lebih banyak lagi bagaimana asyiknya fisika diterapkan dalam sepakbola. Coba saja perhatikan bagaimana kiper Nigeria memanfaatkan hukum pemantulan untuk menepis tendangan-tendangan maut dari para pemain Argentina. Atau perhatikan bagaimana Vieri menggunakan konsep keseimbangan ketika menghentikan bola dengan tubuh atau kakinya. Atau juga bagaimana Klose menggunakan konsep momentum, tumbukan dan momentum sudut yang tepat untuk menggerakan kepalanya dan menyundul bola ke gawang musuh. Atau bagaimana Hasan sas dengan menggunakan keseimbangan yang sempurna melakukan tendangan voli yang indah dan memasukkan bola ke gawang Brazil. Itu baru sebagian. Kita masih akan disuguhkan dengan banyak atraksi-atraksi lainnya yang membuat kita terkagum-kagum. Kita akan melihat bagaimana Batistuta, Zidane dan Hwang menggunakan perhitungan fisika (besar kecepatan, besar gaya dan arah ) untuk memasukkan bola ke gawang lawannya. Kita juga akan menyaksikan Rivaldo dan para eksekutor lain mengkombinasikan fisika dengan kecerdikan untuk menaklukan kiper-kiper terbaik dunia. Dan tentu saja kita akan saksikan bagaimana Beckham atau Roberto Carlos memanfaatkan efek magnus dalam melakukan tendangan pisangnya. Akhirnya selamat menikmati piala dunia dan selamat menikmati fisika dalam sepakbola.


Klik disini untuk melanjutkan »»
 
Serpihan Ilmu Blogger.com | Template by dieflash.com